DPC PPWI TANAH BUMBU PERIODE 2011-2016 > Dewan Pembina/Penasehat > dr. HM. Zairullah Azhar, MSc / Prof. DR. Arief Amrullah, SH, M.Hum / H. Rahmida, SE / Mahyudi Djinggo - Dewan Pengurus : > Imi Suryaputera (Ketua), Imran AH (Wkl Ketua), Eko Sulaksono (Sekretaris), M. Ilham, Z (Bendahara), Bidang & Biro : > Rudi Hartono (Hukum & Advokasi), Rahman (Sekretariat & Organisasi), Agus Kistiyanto (Pendidikan & Litbang), Dede Armansyah (Usaha & Keuangan), Azhar (Koordinator Humas & Publikasi), M. Noor (Humas & Publikasi)

Penerjemah Bahasa

Kamis, 07 April 2011

Tak Mau Dikritik, Lebih Baik Ke Laut Aje

Oleh : Imi Suryaputera, Ketua DPC PPWI Tanah Bumbu


Hal yang paling mudah dilakukan seseorang terhadap orang lain adalah, memberikan kritik maupun mengoreksi hasil perbuatan atau pekerjaan orang lain.
Kritikan yang bersifat konstruktif tanpa bermaksud mencela apalagi merendahkan dan menghancurkan seseorang, sangat baik untuk didengar dan diterima. Namun sebaliknya kritikan yang bersifat destruktif, tidak lebih dari perasaan iri, dengki, bahkan benci terhadap keberhasilan orang lain dalam berbagai hal. Kritik semacam ini tak jarang dan tak segan mengada-ada, bahkan cenderung fitnah.

Nah, sejauh mana Anda mampu menerima kritikan dalam bentuk apapun ? Pertanyaan ini lebih saya arahkan terhadap publik figur, para Pejabat publik, ataupun Pejabat birokrat yang sangat banyak berhubungan dengan kepentingan umum.
Sedangkan untuk masyarakat umum, pertanyaan saya adalah, apa tanggapan Anda terhadap para publik figur dan Pejabat yang tak mau atau anti kritik ?

Ada yang mengatakan jangan menjadi orang terkenal bila tak bersedia menerima kritik. Ibarat tanaman, makin tumbuh menjulang maka makin deras angin yang menerpa. Begitulah kiranya idiom untuk menggambarkan kondisi seseorang yang terkenal dengan berbagai terpaan eksternal yang mau tidak mau harus ia terima.

Di era yang sudah semakin maju ini, kritikan tak lagi hanya dapat disampaikan secara langsung secara face to face. Tapi dapat disampaikan melalui bermacam saluran dan media ; media cetak, radio, televisi, maupun online (cybermedia) yang kini semakin banyak dan terus menjamur.
Cara orang menyampaikan kritik dan sejenisnya bisa dilakukan melalui situs jejaring sosial berbentuk mini blogging yang sudah sangat terkenal seperti Facebook (fesbuk) atau Twitter. Ada juga pada kalangan terbatas dengan menggunakan halaman blog pribadi.
Adapun cara orang menyampaikan kritik, bermacam-macam, dapat berupa anekdot (ungkapan atau gambar yang lucu), humor, puisi, prosa, maupun opini. Malahan tak jarang ada kritikan yang berupa sinisme dan sarkasme.

Bila ada yang menganggap kritikan tak diperlukan, atau dianggap mengganggu, pendapat seperti ini sah-sah saja. Tapi dengan tak adanya kritik dari orang lain, maka berbagai kekurangan tak mudah diketahui. Karena kekurangan seseorang akan dapat diketahui bukan oleh diri pribadi, tapi dari orang lain yang melakukan pengamatan dan menilai.
Nah, bila hari ini masih ada publik figur maupun Pejabat yang anti kritik, sebaiknya mulai berpikir untuk tak lagi berkeinginan menjadi publik figur ataupun Pejabat, karena orang-orang seperti ini bukan sosok ideal yang dapat menginspirasi setiap orang untuk maju dan bersikap bijaksana . Atau dalam ungkapan “gaul” sekarang ini, lebih baik ke laut aje.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar