foto : palopotoday |
Andi akan menyuap nasi memasukkannya kedalam mulutnya, klik ! Listrik padam dengan tiba-tiba, seisi ruangan di rumahnya gelap gulita. Andi sangat dongkol, dalam sehari semalam sudah beberapa kali listrik padam.
Maya sedang asyik menonton televisi yang menayangkan sinetron kegemarannya yang selalu ia tunggu-tunggu, listrik padam dengan tiba-tiba di tengah-tengah cerita sinetron yang lagi serum-serunya, keruan Maya menyumpah-nyumpah mengutuk PLN, perusahaan Negara yang memonopoli pengusahaan dan distribusi listrik di negeri ini.
Johan begitu asyiknya mengetik di komputer sebelum listrik padam membuyarkan semua pekerjaannya. Padahal sekian paragraf yang telah ia ketik belum sempat ia simpan (save) di komputer. Tak ayal Johan pun menyumpah sembari mengutuk pelayanan PLN yang memadamkan listrik tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Itu contoh dari beberapa orang pengguna jasa PLN, cuma nama samaran untuk mewakili sekian banyak orang di negeri ini yang mendapat pelayanan PLN yang tidak maksimal.
Bila ada sesuatu yang paling banyak menerima sumpah serapah dan kutukan, maka PLN lah yang berada di urutan paling atas.
PLN dikutuk karena keberadaan dan kondisi pelayanannya yang tak maksimal, tak profesional, bila tak ingin dikatakan pelayanannya yang amat buruk. Hal ini terkait keberadaan listrik teramat penting dalam hampir tiap sisi kegiatan manusia di era modern ini, dimana hampir setiap orang sudah sangat ketergantungan dengan tenaga listrik.
Di tiap rumah tangga sudah sangat tergantung dengan nyala listrik untuk mengoperasikan peralatan ; rice cooker (penanak nasi), dispenser (pemanas dan pendingin air), kipas angin (fan), pendingin ruangan (AC), kulkas (refrigerator), pengering (blower), mesin cuci, lampu penerangan, phone charger, komputer berikut peralatan pelengkapnya, seterika (iron), dan lain sebagainya. Ini baru di tingkat rumah tangga belum termasuk tempat-tempat umum dan pelayanan publik lainnya.
Terkadang muncul pertanyaan kenapa Negara tidak membagi saja jatah alokasi pelayanan listrik kepada pihak swasta ? Supaya terdapat banyak pilihan bagi warga pelanggan listrik untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Dengan adanya perusahaan saingan paling tidak membuat PLN memperbaiki peralatannya agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal.
Selama ini hanya PLN lah satu-satunya pemain di sektor pelayanan dan distribusi listrik, tanpa saingan. Dengan tak memiliki saingan, PLN dengan suka-suka memperlakukan para pelanggannya, karena biar diprotes pun memang tak ada pilihan lain, pelanggan hanya bisa pasrah.
Akibat seringnya listrik padam, membuat banyak peralatan elektronik yang cepat rusak, serta tagihan rekening listrik yang melonjak dari biasanya. Kerugian ini pasti tak akan bisa dialamatkan ke PLN untuk klaim ganti rugi, salah-salah malah PLN bisa memutuskan aliran listrik pelanggannya yang dianggap berani dan cerewet.
Yang tak habis pikir bila sampai dikatakan PLN merugi. Salahnya dimana ? Padahal rakyat negeri ini tahu kalau PLN itu dalam melaksanakan usahanya tetap dibantu dan disubsidi oleh Negara.
Tak logis bila PLN merugi, rakyat pasti tidak akan percaya, karena para karyawan PLN apalagi para petingginya tetap tampak hidup berkecukupan.
Memang sebaiknya Negara mulai memikirkan untuk memberikan peluang kepada pihak perusahaan swasta untuk dapat bermain di sektor penyediaan dan pelayanan listrik. Para pelanggan pasti akan memilih pelayanan yang maksimal dan prima meski harga agak sedikit mahal, daripada harga murah tapi masih ditambah dengan sumpah serapah dan kutukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar